PURA ALAS KEDATON
1. Letak Geografis
Desa Pekraman Kukuh, Kec. Marga, Kab. Tabanan, Bali
2. Sejarah Pura Alas Kedaton
Pura Alas Kedaton ini sekarang lebih sering dikenal dengan sebutan “Pura Dalem Kahyangan Kedaton” dan pemberian nama ini mungkin disebabkan karena pura ini kenyataannya memang berada di tengah-tengah sebuah semak-semak. Pura Dalem Kahyangan Kedaton ini berstatus sebagai salah satu penyungsungan jagat. Pura ini dibangun oleh Mpu Kuturan atau Mpu Rajakertha pada zaman pemerintahan Raja Sri Masula Masuli. Menurut bunya prasasti Desa Sading, kec. Mengwi, kabupaten Badung disebutkan raja Sri Masula Masuli mulai bertahta pada tahun icaka 1.100 (tahun 1.178 masehi).
Prasati tersebut memakai tahun icaka 1.172 (tahun 1.250 Masehi) yang menyebutkan pula bahwa Raja Sri Masula Masuli ini berkuasa di Bali selama 77 tahun, yang berarti bahwa pemeritahannya berakhir pada tahun icaka 1.177 atau tahun 1.255 Masehi. Mengenal asal mula dibangunnya Pura Dalem Kahyangan Kedaton serta pura-pura lainnya, didalam lontar Usada Bali antara lain disebutkan sebagai berikut ; Mpu Kuturan disebut juga Mpu Rajakertha, berkenan beliau membangun pura atau kahyangan semua, yang asal dibawa dari majapahit (Jawa Timur), diterapkan di Bali seluruhnya, yaitu bhatara di Besakih, Bhatara di Batumedeg, Bhatara dibatu manyeneng, Bhatara di Pintu Aji, Bhatara Kadaton, Bhatara di Tengah Mel, Bhatara di Tuluk Biyu, Bhatara di Tampurhyang, Bhatara di Batukaru, Bhatara di Bantiran, Bhatara di Pujungan, Bhatara di Hulu Watu, Bhatara di manisan, Bhatara di Cakenan, Bhatara di Margalaya, Bhatara di Limangsanak, Bhatara di Delod Peken, Bhatara di Panhulun Gelgel demikian persembahan Raja Bali dibawa oleh Mpu Kuturan, tatkala bertahtanya raja sri Masula Masuli yang berkedudukannya di Pejeng.
Sedang mengenai bertahtanya raja sri Masula Masuli di Bali, di dalam Bhuwana Tattwa Maharsi Markandya anatara lain disebutkan demikian ; Entah berapa lama Bhatara Guru bertahta sebagai raja di Bali, lalu berputra beliau 2 orang kembar buncing, yang laki-laki bernama Dhana Dhiraja Ketana, dan yang perempuan bernama Sang Dhana Kewiketu. Sesudah wafat Bhatara Guru, Adhikunti Ketana, jasad beliau dicandikan di Candi Manik di daerah hyang Putih di Srokadan. Oleh karena sudah cukup dewasa putra yang buncing itu, lalu mereka dikawinkan (dibuncingkan) serta dinobatkan sebagai raja berkuasa di Bali nama Bhiseka (dinobatkan) beliau bhatara Pramecwara Cri Wirama Nama Ciwaya, Cri dhana Dhiraja Lancana, dan Raja wanitanya Paduka Bhatari Cri Dhana Dewiktu. Dan keduanya ini disebutkan Mahecwara Mahecwari namanya, Mahasora Mahasori disebut, dan juga disebutkan oleh orang Nusantara mahasula Mahasuli namanya dan Masula Masuli. Itu dibiasakan di Bali dan di Nusantara, tentang adanya raja Masula Masuli sampai sekarang.
Pura dalem kahyangan Kedaton ini menghadap ke barat dimana terdapat 4 buah “pamedal” (pintu) sebagai tempat masuk dan keluar merupakan hal yang istimewa, karena pada pura atau kahyangan lainnya tidak lazim di jumpai yaitu :
a. Dari daerah barat terdapat sebuah pmedal dalam bentuk candi Bentar sebagai tempat masuk dan keluar dari jaba tengah.
b. Dari daerah samping utara terdapat sebuah pamedal sebagai tempat masuk dan keluar dari jaba tengah.
c. Dari arah samping selatan terdapat sebuah pamedal sebagai temapat masuk dan keluarnya dari jaba tengah.
d. Dari daerah timur (utamaning mandala) terdapat dua buah pamedal sebagai tempat keluar masuk dari jaba tengah.
Halaman pura atau kahyangan ini memiliki keunikan yaitu halaman jeroan (Utamaning Mandala) letaknya lebih rendah dari letak halaman jaba tengah (Mandyaning Mandala) dan jaba tengah letaknya lebih rendah dari jaba sisi ( Nistaning Mandala). Di dalam pura atau kahyangan ini disamping terdapat pelinggih-pelinggih (bangunan suci) sebagaimana halnya pura-pura atau kahyangan lainnya juga terdapat “lingga arca”. Dua diantaranya ialah arca Dhurga Mahisacura Mahardhani bertangan 8 yang pada tangannya dari atas kebawah masing-masing memegang cemara (penghalau lalat), sara (panah), pisau besar dan memegang ekor lembu. Sedangkan tangan kirinya memegang : gadgha, bhusur panah, trisula, dan gadha. Arca ini berdiri diatas seekor lembu memakai penutup dada dan lancingan yaitu ujung kain yang cukup panjang. Arca Ganesha duduk diatas Kembang Tunjung dan 2 ekor naga di mana tangan kanannya memegang “Tasbih” serta tangan kirinya memegang kapak dan pelalai dengan Ekadanta (taringnya hanya satu). Ada 2 dugaan bahwa 2 ekor naga tersebut adalah merupakan Candra Cangkala yang berbunyi “Dwi Naga Tunggal”.
Pengempon Pura Dalem Kahyangan Kedaton ini adalah Desa Pekraman Kukuh, Kec. Marga, Kab. Tabanan, sedangkan menurut bunyi lontar Usana Bali sebagaimana sudah di ungkapkan Pura Dalem Kahyangan Kedaton ini adalah berstatus Pura Penyungsungan Jagat.
3. Pelinggih-pelinggih Yang Ada Di Pura Alas Kedaton
a. Pelingih Pengayatan Pura Pangendungan
b. Pelinggih Pengayatan Pura Tanah Lot
c. Pelinggih Pura Dalem
d. Pelinggih Pura kahyangan
e. Pelinggih Pura Kedaton
f. Pelinggih Luhur Padma
Galeri Foto :
maha & detari
0 comments:
Post a Comment