Sejarah Pura Luhur Puncak Bukit Sangkur, yang terletak di desa Kembang Kerta,
Baturiti, Tabanan. Pura ini sendiri di Bukit Sangkur yang merupakan kawasan
hutan yang kental dengan aura magis, yang digunakan oleh Rsi Segening,
melakukan yoga, tapa dan samadhi sehingga dikenal dengan hutan Tapa Wana. Konon
di sinilah beliau mencapai kesempurnaan dan moksa ke jalan Tuhan.
Pura Luhur Pucak Bukit
Sangkur merupakan kawasan tapa wana, dilestarikan sehingga tidak ada bangunan
lain di lokasi ini kecuali terkait dengan pemujaan. Lokasi pura ini dulunya
dikenal dengan tempat pertapaan Resi Segening. Seringkali orang datang memohon
jabatan ataupun taksu sebagai pemimpin. Seorang spiritual yang betul-betul
mendambakan suasana sunyi dan damai, Pura Luhur Pucak Bukit Sangkur bisa
menjadi salah satu tempat pilihan untuk melaksanakan tapa yoga semedhi.
Keunikan dari pura ini adalah keberadaan Juuk Linglang (sejenis jeruk). Jeruk
ini konon sudah tumbuh ratusan tahun dan diyakini memiliki khasiat tertentu yang
ajaib, jarang sekali orang yang bisa mendapatkan buahnya.
Moksahnya Ida Rsi Sagening
Pura Pucak Bukit Sangkur ini ada kaitannya dengan
berbagai Pura Kahyangan Jagat di Bali. Dalam Lontar Tantu Pagelaran diceritakan
secara mitologis Gunung Maha Meru di India, puncaknya menjulang sangat
tinggi hampir menyentuh langit. Kalau langit sampai tersentuh oleh puncak
Gunung Maha Meru itu maka alam ini pun akan hancur lebur. Saat itu Jawa dan
Bali dalam keadaan guncang atau disebut enggang enggung.
Hyang Pasupati memotong puncak Maha Meru tersebut
terus dibawa ke Jawa. Pecahan puncak tersebut ditaburkan dari Jawa Barat sampai
Jawa Timur. Pecahan Maha Meru itulah yang menjadi gunung-gunung yang berderet
dari Jawa Barat sampai Jawa Timur. Di Jawa Timur puncak Maha Meru itulah
menjadi Gunung Semeru. Setelah itu Pulau Jawa menjadi tenang. Tetapi Bali masih
enggang-enggung atau guncang. Karena itu, Hyang Pasupati terbang ke Bali
membawa puncak Gunung Maha Meru tersebut.
Puncaknya sekali menjadi Gunung Agung, bagian tengahnya
menjadi Gunung Batur dan dasarnya menjadi Gunung Rinjani di Lombok.
Serpihan-serpihannya menjadi gunung-gunung kecil dan bukit-bukit yang
mengelilingi Pulau Bali. Setelah itu Bali menjadi tenang. Gunung-gunung kecil
itu antara lain menjadi puncak Mangu, Teratai Bang, Gunung Tampud, Lempuhyang,
termasuk Bukit Pucak Sangkur tempat didirikannya Pura Pucak Resi itu.
Dalam Lontar Purana Pura Pucak Resi diceritakan di
zaman dahulu ada seorang suci bernama Ida Sang Resi Madura berasal dari Gunung
Raung, Jawa Timur. Beliau Sang Resi juga disebut sebagai Acarya Kering. Ida
Sang Resi Madura ini sering mengadakan perjalanan bolak-balik Jawa-Bali. Suatu
hari dalam Yoga Semadinya Sang Resi mendapatkan suara niskala yang
menugaskan Sang Resi agar menuju Danau Beratan. Sang Resi pun mengikuti suara
gaib tersebut. Sang Resi diiringi oleh pembantunya bernama I Patiga. Sampai di
Bali, Sang Resi menuju puncak bukit.
Di puncak bukit itulah Ida Sang Resi Madura membangun
pura dengan nama Parhyangan Pucak Resi sebagai pemujaan Batara Hyang Siwa
Pasupati. Setelah itu Sang Resi Madura ini mengadakan perjalanan menuju ke
puncak Teratai Bang, Bukit Watusesa sampai ke Bukit Asah.
Diceritakan I Ratu Ayu Mas Maketel di Nusa Penida saat
mengadakan upacara Ngeraja Sewala mendatangkan seorang pandita dari Maja Langu
untuk memimpin upacara tersebut. Pandita ini bernama Ida Resi Sagening ke
daratan Bali dan bermukim di Munduk Guling Klungkung. Di tempat ini beliau
banyak punya pengikut. Sang Resi kena fitnah dan dikatakan akan merebut kekuasaan
raja di Linggarsapura. Sang Resi pun mau dihukum mati.
Untuk menghindari hukuman itu, Ida Resi Sagening
pindah ke Bukit Asah diiringi oleh sisya-sisya (murid-murid-red)-nya. Di
Bukit Asah inilah beliau membangun pasraman. Atas petunjuk niskala yang
diterima oleh Ida Ratu Ngurah Wayan Sakti agar Pura Puncak Asah di-pralina.
Karena demikian halnya Ida Resi Sagening mohon dibuatkan Siwapakarana dan
disimpan di Pasraman Taman Sari. Di pura inilah juga Ida Resi Sagening mencapai
moksha.
Di sini ada bentang persekutuan gugusan kelompok
Gunung Sanghyang-Gunung Lesong-Gunung Pucuk serta gugusan kelompok Gunung
Adeng-Gunung Pohen - Gunung Tapak yang berada di sisi selatan Danau Tamblingan
dan Danau Buyan. Lalu ada lagi persekutuan gugusan kelompok Gunung (Pucak)
Bon-Gunung (Pucak) Mangu/Pangelengan - Gunung (Pucak) Sangkur berada di sebelah
barat Danau Buyan.
Pucak Mangu sendiri memiliki pasanakan (berkerabat)
dengan Pucak Sangkur dan Terate Bang. Uniknya, masing-masing gugusan kelompok
gunung itu memiliki satu palinggih pangayatan (semacam perwakilan) di Pura
Pucak Mangu di ujung ketinggian puncak Gunung Mangu.
Hal yang unik dan menarik dari kawasan ini adalah
keberadaan juuk linglang (sejenis jeruk) yang terletak di utama mandala. Jeruk
yang konon keberadaannya telah ratusan tahun ini memiliki cerita tersendiri.
Untuk saat ini juuk linglang hanya menjadi legenda yang sering diceritakan
dalam drama gong. Namun, legenda itu dianggap nyata oleh masyarakat setempat.
Sebelum dilakukan rehab pura sekitar tahun 2004-2005 lalu, jeruk dengan ukuran batang besar ini berada peResis di tebing pada bagian samping lokasi pura yang saat itu masih sempit. Namun, ketika dilakukan penimbunan timbul pawisik agar jeruk ini tidak dimatikan. Akhirnya dibuatkan lubang yang bertrali agar jeruk ini dapat terus tumbuh. Uniknya batang kecil yang muncul sering hilang dan timbul kembali pada waktu tertentu.
Masyarakat sangat meyakini juuk linglang memiliki khasiat tertentu yang
sifatnya ajaib. Dari buah, daun hingga kulit batang diyakini ampuh menyembuhkan
berbagai penyakit, baik medis maupun nonmedis. Penanganan penyakit nonmedis
paling banyak. Namun buah dari jeruk ini sukar untuk didapatkan dan konon tidak
semua orang bisa mendapatkan sebagaimana halnya memetik buah jeruk biasa.
Diyakini orang yang bisa memiliki buah jeruk ini merupakan orang pilihan.
Para pemedek biasanya merasa sangat beruntung ketika
melihat batang kecil dengan beberapa helai daun menyembul ke permukaan. Sebab,
tidak semua pemedek beruntung melihat keberadaannya yang sering hilang
tersebut. Masyarakat setempat yang sering mengamati keberadaannya pada mulanya
merasa heran ketika jeruk itu hilang.
Saat tertentu jeruk ini menghilang dan dalam waktu yang sulit diketahui
muncul kembali dengan posisi dan kondisi yang sama ketika menghilang.
Pelinggih-Pelinggih yang ada di Pura
Luhur Pucak Sangkur:
1.
Pemedal Pura Luhur Pucak Sangkur
2.
Pelinggih Padmasana Lan
Pelinggih Betara Siwa
3.
Pelinggih Betara Siwa
4.
Candi Bentar
5.
Candi Piasan Luhur Pucak Sangkur
0 comments:
Post a Comment