A. Letak Pura Kebo Edan
Secara administratif Pura Kebo Edan berada di wilayah Dusun Intaran, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Tepatnya berada pada ruas jalan raya jurusan Gianyar, Tampaksiring, Kintamani, berada pada perbatasan antara dua Desa yaitu Desa Bedulu dan Desa Pejeng. Jarak dari Kota Gianyar ke lokasi ± 5 km, jarak dari lokasi ke Kota Denpasar ± 26 km. Pura ini sangat mudah dikenali karena berdekatan dengan Kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali.
Secara geografi Pura Kebo Edan dikelilingi oleh pura-pura kuno lainnya seperti Pura Pusering Jagat di utara, Pura Penataran Sasih ditimur laut dan Pura Arjuna diselatan yang memberi bukti bahwa situs Pura Kebo Edan memiliki nilai historis yang penting.
A. Sejarah Pura Kebo Edan
Untuk mengungkapkan keberadaan Pura Kebo Edan terutama sejarahnya tidaklah mudah. Hal ini disebabkan karena belum ditemukannya sumber-sumber tertulis baik yang berupa data prasasti ataupun yang berbentuk “Purana” yang diharapkan dapat memberi kejelasan mengenai sejarahnya. Walupun demikian adanya sejumlah peninggalan purbakala terutamanya arca di Pura Kebo Edan ini merupakan suatu sumber autentik yang amat berguna, namun data itupun belum sepenuhnya dapat membantu dalam mengkaji sejarah pura ini dengan lengkap. Di Pura ini terdapat beberapa tinggalan arca ± 55 buah yang keseluruhannya berada di areal dalam (Jeroan) pura baik yang berada di dalam pelinggih maupun yang ada diareal pura. Adapun beberapa buah arca diantaranya :
a. Arca Dewa Ganesa
b. Arca Perwujudan
c. Arca Raksasa
d. Arca Nandi
e. Arca Pendukung Tiang (Arca Gana)
f. Arca Gajah
g. Fragmen Arca Raksasa
h. Fragmen Kepala Binatang
i. Fragmen Bangunan
j. Batu-batu alam
Dari keseluruhan arca-arca tersebut kondisinya ada yang masih utuh dan ada pula yang sudah rusak baik patah maupun aus. Dari segi nama menunjukkan bahwa kata “Kebo Edan “ berarti ‘Kebo Gila’. Hal ini kemungkinan besar diambil dari nama sepasang arca kerbau yang terdapat di pura ini. Dua arca Kerbau itu dilukiskan melihat kearah arca Siwa bhairawa yang sedang melakukan praktek ajaran Bhairawa. Memang dalam prakteknya ajaran bhairawa menempuh jalan niwerti untuk mencapai tujuannya yaitu dengan memuaskan hawa nafsu sehingga sampai mabuk. Sebagaimana diketahui dalam Sejarah Indonesia, bahwa pada zaman kerajaaan Singosari memerintah seorang raja yang bernama Kertanegara (1268-1292 M). Raja ini mempunyai cita-cita menyatukan kerajaan-kerajaan di Nusantara guna menandingi ancaman Kaesar Tiongkok yang bernama ‘Kubilai Khan’ dimulailah politik ekspansi dengan menyerang Kerajaan Melayu pada tahun 1275, Pulau Bali tahun 1284 Masehi dan menguasainya berdasarkan sumber prasasti tahun 1296 masehi. Pada Tahun 1300 masehi Raja Kertanegara di Bali mengangkat wakilnya yang bernama ‘Kebo Parud’ dengan jabatan Raja Patih.
Arca Siwa Bhairawa di Pura Kebo Edan rupa-rupanya berasal dari masa pemerintahan Raja Asta Sura Ratna Bumi Banten, oleh karena berasal dari masa pemerintahan ini maka arca tersebut kemungkinan berasal dari pertenganahan abad XIV Masehi. Stutterhiem bahkan mengatakan arca-arca di Pura Kebo Edan berasal dari abad ke-XIII Masehi (Srijaya, 1990 : 13)
Aliran Tantrayana dalam Agama Hindu dapat dibedakan menjadi dua aliran besar yaitu Tantrayana kiri dan Tantrayana kanan. Agama Hindu khususnya dari sekte Siwa yang mendapat pengaruh ajaran Tantra dikenal dengan nama Siwa Tantra/Siwa Bhairawa, ajaran Tantrayana tidak berpengaruh dinegeri kelahiran agama Hindu seperti India, tapi kenyataannya paham tersebut berkembang pesat di Indonesia. Data arkeologis menunjukkan paham Tantrayana telah berkembang di Indonesia sekitar abad VIII Masehi, khususnya di Jawa Tengah. Kemudian setelah pusat pemerintahan pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur pada sekitar abad X Masehi maka paham Tantra ikut terbawa, dibawah pemerintahan Raja Kertanegara ajaran Tantrayana berkembang dengan sangat subur. Dalam kitab ”Negarakertagama” Pupuh 43.3 dikatakan Raja Kertanegara sangat tekun menjalankan Tantra-Subhuti, disamping sang raja menjalankan puja. Yoga dan semadhi. Raja Kertanegara berkuasa di Jawa Timur mulai Tahun 1254-1292 Masehi. Kekuasaan Singosari yang dipimpin Raja Kertanegara melakukan ekspedisi ke Bali pada Tahun 1284 Masehi. Dalam prasasti yang berangka Tahun 1296 Masehi menyebutkan setelah berhasil menguasai Bali Raja Kertanegara kemudian mengangkat wakilnya yang bernama ’Kebo Parud’ dengan jabatan Raja Patih, hubungan historis Pulau Bali dengan Pulau Jawa khususnya Jawa Timur erat kaitannya dengan diawali oleh perkawinan Udayana Warmadewa (putra Bali) dengan seorang putri Jawa Timur yang bernama ”Sri Gunapriyadharmapatni”.Sri Gunapriyadharmapatni (Mahendradata) adalah cicit Empu Sendok kemungkinan telah mendapat pengaruh ajaran Tantra sejak masih berada di Jawa. Di Bali sejak pemerintahan Udayana Warmadewa bersama-sama istrinya Gunapriyadharmapatni merupakan masa suburnya ilmu-ilmu gaib seperti calon arang, yang diceritakan pemujaan terhadap Hyang Bhairawi atau Dewi Durga.
B. Pelinggih – Pelinggih Di Pura Kebo Edan
a. Pelinggih di Jeroan
1. Pelinggih Ratu Glebeg
Pelinggih Ratu Glebeg adalah tempat berstananya Dewi Sri yang merupaka Dewi kesuburan. Dimana pada zaman Tantrayana.
2. Padmasana
Padmasana merupakan tempat berstananya Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) yang merupakan pusat dari ketuhanan.
3. Pelinggih Ratu Bayu
Pelinggih Ratu Bayu adalah tempat berstananya Dewa Bayu yang merupakan simbol kekuatan. Baik dalam bhuana alit maupun bhuana agung.
4. Pengaruman
Pengaruman adalah tempat berstananya semua dewa-dewa (Ista Dewata).
5. Pelinggih Ganesa
Pelinggih Ganesa merupakan tempat berstananya Dewa Ganesha yang merupakan dewa dari ilmu pengetahuan.
6. Piasan
Piasan merupakan tempat untuk menghaturkan sesajen / banten.
7. Tempat Pendeta / Pandita
Tempat ini merupakan tempat dimana Pendeta / Pandita menghaturkan piodalan.
8. Penyawangan Ratu Arjuna
Pelinggih ini merupakan tempat penyawangan Dewa Arjuna yang konon sedang bertapa di sawah di sebelah selatan Pura Kebo Edan.
9. Ratu Jepun
Pada pohon jepun ini terdapat beberapa Arca Bhairawa. Umur dari pohon jepun itu ± 1000 tahun. Ada beberapa arca seperti arca manusia jongkok, dll. Semua arca yang terdapat di pohon jepun ini bermotifkan arca Pejeng.
10. Pelinggih Arca Kerbau / Nani
Arca Kerbau / Nani adalah simbol dari kendaraan Dewa Siwa. Arca tersebut ditempatkan pada bangunan kecil di muka sebelah kanan arca Siwa Bahirawa. Salah satunya lagi di bangunan sebelah kirinya. Kedua arca raksasa masing-masing tangannya membawa mangkuk-mangkuk darah yang di hiasi dengan hiasan tengkorak. Arca-arca tersebut dalam sikap berdiri, roman mukanya sangat menakutkan dengan mata melotot. Seluruh kepala dan lehernya dilingkari dengan rangkaian terngkorak sambil menghidap darah musuhnya dari mangkuk darah yang dibawanya. Dari sinilah sumber lawar di Bali memakai darah. Telingannya juga memakai hiasan dari tengkorak. Masing-masing arca ini mempunyai ukuran yang sama. Pada masing-masing bangunan ini juga terdapat arca sepasang kerbau yang sedang dalam keadaan berjongkok dan menderum. Sikap ini menunjukkan sikap marah atau pun garang sehingga kemungkinan karena itulah penduduk menyebutnya sebagai Kebo Edan. Arca kerbau jantan diletakkan pada sisi kanan dari arca Siwa Bhairawa sedangkan arca kerbau betina ditempatkan pada sisi sebelah kiri.
Gambar : Arca di sebelah kiri Arca
Siwa Bhairawa
Gambar : Arca di sebelah kanan Arca
Siwa Bhairawa
11. Pelinggih Arca Siwa Bhairawa
Arca Bhairawa merupakan arca terpenting pada Pura Kebo Edan.
Di indonesia ada 3 Arca Bhairawan yaitu : Bhairawan Heruka (Sumatra),Bhairawan Kalacakra (Jawa), Bhairawan Bima (Bali). Salah satu Bhairawan Bima yang dimaksud adalah Arca Siwa Bhairawa itu sendiri dan
arca –arca lain yang terdapat pada Pura Kebo Edan.
Arca Siwa Bhairawa menggambarkan Dewa Siwa dalam keadaan marah. Arca Siwa Bhairawa ada pada zaman megalitikum (zaman batu muda) dengan tinggi 360 cm. Adapun ciri-ciri dari Arca Siwa Bhairawa ini adalah :
a. Rambut arca ikal berombak menunjukkan sifat keraksaan.
b. Mukanya memakai kedok muka atau tapel, dapat dilihat dari adanya pita pengikat di belakang kepalanya yang menegaskan bahwa muka yang tampak adalah sebuah kedok atau tapel. Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Tuhan bersifat rahasia.
c. Bentuk badan arca tegap berdiri diatas mayat manusia dengan kepala miring dan mata terbuka.
d. Berkacak pinggang.
e. Kedua kaki arca terletak berjauhan dalam sikap menanjak.
f. Pergelangan kaki dan tangan dibelit ular. Ini merupakan simbol “kundalini” yang merupakan kekuatan manusian yang berada pada tulang ekor.
g. Sedangkan kemaluannya dilukiskan berayun-ayun dan mencuat kearah kiri yang mengakibatkan kainnya tersingkap. Mencuat ke arah kiri merupakan simbol dari dewa kesuburan.
h. Pada bagian belakang kepala kemaluannya terdapat empat bulatan.
Arca Bhairawa ini distanakan oleh Ratu Balian. Banyak orang- orang yang datang ke pura ini untuk memohon pengobatan secara niskala dengan nunas wangsuhpada Ida Bhatara. Arca ini didirikan pada zaman Kerajaan Singasari. Pada zaman Kertanegara pada abad ke 13 M oleh raja bernama “Kebo Parud” yang menganut ajaran Budha dan mempraktekkan Ajaran Tantrayana yaitu ilmu mistik berupa ajaran yoga.
12. Pelinggih Arca Ratu Penatih
Tempat arca-arca yang diceritakan bahwa pada saat itu raja datang dari Jawa menbawa banyak patih.
13. Pelinggih Ratu Gede
Pelinggih ini digunakan untuk menyimpan Ratu Gede atau orang disana menyebutnya Barong.
b. Pelinggih Di Jaba Sisi
1. Pelinggih Sedan
Pelinggih Sedan ada dua dimana berfungsi sebagai Dewa Penjaga Pura Kebo Edan. Pelinggih ini ada 2, bertempat di kanan dan kiri candi bentar.
2. Bale Kulkul
Bale Kulkul, yang posisinya lebih tinggi daripada bangunan lainnya, terdiri dari 2 buah kulkul yang mencerminkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dibunyikan sebagai alat komunikasi untuk kegiatan keperluan/ piodalan di Pura Kebo Edan.
3. Wantilan
Wantilan adalah tempat yang biasanya digunakan untuk kegiatan yang berhubungan dengan yadnya. Seperti tari-tarian di pura pada umumnya. Selain itu, wantilan juga digunakan sebagai tempat warga sekitar ngayah saat odalan di Pura Kebo Edan.
4. Perantenan
Perantenan berada di sebelah selatan wantilan. Perantenan adalah tempat yang digunakan untuk memasak hasil alam yang kan dipersembahkan kepada Sang Hyang Widhi Wasa.
Lisna & Widhiastini
0 comments:
Post a Comment