Pages

Sunday, November 9, 2014

Pura Agung Jagatnatha di Buleleng



Kendatipun lingkungan Pura Agung Jagatnatha ini relatif baru, akan tetapi karena berdiri megah ditengah-tengah kota,
lingkungan pura ini cepat menaeik wisatawan. Di saat odalan dan waktu
bulan Purnama serta bulan mati (Tilem) bisa disaksikkan umat Hindu
termasuk anak-anak sekolah datang ke lingkungan Pura ini untuk
bersembahyang dengan destar putih, baju putih dan selendang (saput)
kuning untuk kaum pria, sedangkan kaum wanita menggunakan baju kuning
atau putih dan selendang kuning atau putih.
Pemandangan seperti ini sangat menarik karena di tengah-tengah kehidupan kota umat Hindu tidak pernah melupakan kewajibannya untuk bersembahyang. Suasana kota, lalu lintas, kebisingan, tidak mengurangi kekhusukkan umat Hindu di
dalam melakukan persembahyangan. Candi Bentar, Padmasana yang menjulang
tinggi sebagai lambang kemajuan teknologi di abad satelit ini, tidak
mengurangi keagungan Padmasana sebagai Singgasana Ida Sang Hyang Widhi
Wasa.
Lokasi
Lingkungan Pura Agung Jagatnatha terletak di bekas Lapangan Kolonel Wisnu, di tengah-tengah kota,di muka Mapolres Singaraja, di Jalan Pramuka Singaraja.
Fasilitas
Terdapat fasilitas parkir di depan
lingkungan Pura dan sebelah Selatan lingkungan Pura. Di saat odalan
karena banyaknya pengunjung tempat parkir ini tidak cukup untuk
menampung semua kendaraan sehingga untuk sementara dipergunakan jalan
umum untuk tempat parkir sementara.

Deskripsi
Penduduk Singaraja bersifat heterogen.
Terdapat pemeluk semua agama dan yang terbesar adalah pemeluk agama
Hindu. Dari pemeluk agama Hindu ini sebagian pula berasal dari
daerah-daerah lain di Bali yang menetap atau tinggal di Singaraja baik
karena pekerjaannya atau yang sedang mengikuti pendidikan. Umat Hindu
yang berasal dari luar kota
Singaraja di saat-saat harus pulang ke kampung halamannya untuk
melakukan persembahyangan sesuai dengan kepercayaannya. Tidak jarang
pula mereka tidak bisa pulang karena biaya, waktu yang tidak cukup dan
lain sebagainya sehingga niat untuk melakukan persembahyangan tidak
terkabul. Bertitik tolak dari kondisi ini timbul gagasan dari Bupati
Kepala Daerah Tingkat II Buleleng pada waktu itu (Drs. I Ketut Ginantra)
untuk membangun Pura di kota Singaraja sebagai satu tempat suci bagi semua umat Hindu di Buleleng umumnya dan di kota
Singaraja khususnya untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Peletakan
batu pertama ini dalam suatu upacara dilaksanakan pada tanggal 9 April
1990 dan upacara “Ngenteg Linggih” dilaksanakan pada tanggal 4 Juli
1993.










Dan ini foto-foto saya dan Mahardika





















Mahardika & Delly

0 comments:

Post a Comment