Pages

Sunday, November 9, 2014

PURA BEJI, SANGSIT



  
A. Sejarah Pura Beji
Selama ini ada sebagian masyarakat di Desa Sangsit meyakini bahwa situasi Pura Beji Sangsit bukan hanya sebagai Pura Subak Beji, melainkan merupakan Cikabakal Pura Desa (dahulu disebut Desa Beji) terutama pada awal pembuatannya. Namun entah kenapa didalam perjalanan waktu situasi Pura ini berubah menjadi Pura Subak yang diempon oleh Rama Krama Subak Beji saja, sedangkan Pura desa yang sekarang diempon oleh masyarakat Desa Sangsit letaknya kurang lebih 500m dari Pura Beji, yang konon berasal dari Sanggah salah satu warga (keluarga Gusti) yang diserahkan kepada desa karena ceput (tidak ada keturunan).

Bila melihat tatanan Pelemahan dan usia ukiran Pura Beji maka keyakinan sebagai masyarakat Desa Sangsit akan Pura Beji mendekati kebenaran namun karena kurangnya informasi serta data yang mendukung tentang keberadaan Pura Beji maka sampai saat ini tidak ada masyarakat yang berani mengungkapkan dan mengatakan masalah ini kepermukaan. Di samping itu adanya rumor bahwa Pura Beji diperuntunkan kepada mereka yang punya sawah semakinn menyiutkan nyali sebagai masyarakat yang kebetulan tidak punya sawah pertanian untuk tangkil atau sembahyang atau mengaturkan bakti ke Pura yang merupakan Pura termegah di Desa Sangsit.
Kenyataan ini menyebabkan makin hari Pemedek yang tangkil ke Pura ini semakin sedikit, mereka hanya dari karma Subak Beji yang jumlahnya ratusan orang dan segelincir masyarakat lainnya yang merasa masih punya kaitan sejarah dengan Pura tersebut. Apalagi krama Subak makin hari makin berkurang jumlahnya seiring makin menciutnya luas lahan pertanian di Desa Sangsit, yang beralih fungsi menjadi lahan pemukiman.
Oleh karena itu sudah saatnya keprihatinan ini harus disikapi dengan mengadakan penelitian dan pengkajian untuk mengetahui keberadaan dan status Pura Beji didalam tatanan Pura Kahyangan yang ada di Desa Sangsit dengan maksud agar sebagai karma Desa Sangsit yang senangtiasa dikaruniai kesehjahteraan, kemakmuran, dan rejeki oleh Beliau yang berstana disana, tidak begitu saja melupakan keberadaan Pura Beji yang bukan tidak mungkin krama Desa Sangsit dimanapun berada. Sedangkan dilain pihak justru banyak wisatawan manca negara yang sangat antusias berkunjung dan mengagumi Pura ini sebagai mana karya leluhur yang Adi Luhung.
Karena keterbatasan data, maka jejak-jejak yang dapat dipakai untuk menapak tilas status Pura Beji ini, secara nyata dapat di lacak diantaranya dari tata letak pelemahan Pura terhadap wilayah Desa Sangsit (letak geografis), tatanan Arsitektur Pura yang terdiri Tri Mandala lengkap dengan ciri khas arsitektur Bali Utara yang sempurna, tata upacara piodalan yang beragam dan tradisi yang dilaksanakan serta informasi dari nara sumber yang dipercaya.
B. Letak Geografis Pura Beji
Pura Beji sesuai dengan namanya terletak di Dusun/Banjar Beji, Desa Pakraman Sangsit Dauh Yeh, Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. Dusun/ Banjar Beji adalah salah satu dari 8 Dusun dan 7 Banjar adat yang ada di desa Pakraman Sangsit dauh yeh, yang menempati areal yang berbatasan dengan :
a. Sebelah selatan adalah jalan raya Sangsit (jalan propinsi)
b. Sebelah timur adalah Tukad Gelung (tukad Sangsit)
c. Sebelah Barat adalah Banjar Tegal
d. Sebelah Utara berbatasan dengan Dusun Pabean Sangsit dimana lokasi PPI dan pelabuhan rakyat berada
Di kawasan ini juga terdapat Pura Dalem Klod, yang orang menyebutnya sebagai Pura Dalem Purwa karena kekunoannya, juga ada Pura Segara yang terletak di Pantai Sangsit (wilayah Pabean Sangsit), Pura Pasupati Wong Aya yang sebelumnya disebut dengan Pura Kauh dan Pura Limascatu yang merupakan Pura Subak Beji di tengah sawah serta Setra Klod yang letaknya mengambil sisi klod kangin di pinggir Tukad Gelung.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa ada 2 Pura berstatus Pura Kahyangan desa yaitu Pura Dalem Klod dan Pura Segara, satu Pura Kahyangan diluar Tri Kahyangan Desa yaitu Pura Pasupati dan satu Pura yang berstatus Pura Subak yaitu Pura Limascatu. Sedangkan Pura Beji mengambil posisi di tangah-tengah dusun sebagai sentral dan tidak kalah pentingnya adalah adanya bangunan Bale Kulkul yang mengambil posisi Hulu.
Sedangkan Pura Dalem Kaja, Setra Kaja dan Pura Desa sekarang terletak di sebelah selatan dan barat banjar Beji. Posisi Setra Kaja dan Pura Dalem Kaja bila dilihat dari konsep arsitektur Bali (Asta Bumi) sepertinya tidak lazim, karena menduduki posisi hulu kaja, yang merupakan posisi tersuci pada tatanan arsitektur bali.
Bila diteliti tata ruang atau lokasi Pura-pura yang disebutkan diatas, seperti Pura Dalem Klod, menempati sisi klod (nista mandala atau teben), Pura Segara menempati posisinya sesuai dengan fungsinya yaitu di segara, Pura Limascatu terletak di sawah, sabagai Pura Subak, Pura Beji menempati posisi sentral dan Pura Pasupati sebagai Pura Kahyangan Desa menempati sisi barat, sehingga disebut dengan Pura Kauh, sedangkan bangunan Bale Kulkul yang menempati posisi hulu atau pojokan Catus Pata sangat mendekati dengan konsep tata ruang bangunan tradisional Bali Kuno. Sehingga dari sisi ini bias ditaksir kemungkinan Pura Dalem Kaja, Setra Kaja, dan Pua Desa sekarang dibangun jauh dibelakangnya, bukan merupakan satu kesatuan dengan yang di atas.







C. Pelinggih-pelinggih Pura Beji
1. Gedong Ageng
 Umumnya Gedong Utama dibangun terpisah dengan Pelinggih lainnya, namun di Pura Beji Sangsit, pelinggih Gedong Ageng dibuat menyatu dengan jajaran Pelinggih dikiri dan dikanannya diatas bebaturan dengan ketinggiian kurang lebih 7m. sehingga jajaran pelinggih utama yang berjumlah 15buah ini membentang memenuhi seluruh lebar dari areal Pura kurang lebih 29m. struktur bataran pelinggih utama dibuat secara Beundag (bertangga) dan tiap-tiap undagan ditandai / dibatasi dengan Padu Raksa yang berdiri sendiri dikiri dan kanan secara simetris. Untuk mencapai Gedong utama harus menaiki 28 Undak ( anak tangga). Sedangkan ketinggian jajaran Pelinggih samping lebih rendah kurang lebih 80cm. seluruh material dari pelinggih utama ini adalah paras merah muda mulai dari pondasi, bataran sampai dengan ornamennya. Material paras ini berasal dari Desa Sangsit sendiri yang ditambang dari tebing sungai. Dan diyakini tidak diketemukan ditempat lain diseluruh bali. Pada jamannya hamper seluruh Pura di Bali Utara (kabupaten Buleleng) memakai bahan Paras ini.







2. Pelinggih Apit Lawang

  Ada dua Pelinggih pengapit Lawang yang posisinya ada di belakang masing-masing pintu samping. Bentuk pelinggih ini berbeda dengan bentuk-bentuk Pelinggih Gedong Batu pada umumnya. Permainan Pepalihan pada pengawak pelinggih ini tidak ditemukan seluruh Pengawaknya penuh dengan ukiran khas Bali Utara dengan Simbar yang lancip dan besar diukir dengan yang sangat kuno, sam persis dengan yang ada di Pelinggih utama dan Kori Agung. Namun konsep kepala badan kaki tetap diterapkan disini. Sedangkan mahkota atau Murda mengambil bentuk kelopak bunga, tiang lazimnya berbentuk Bajra (Genta).







3. Lapan
 Lapan adalah satu-satunya Pelinggih yang ada di Jaba sisi.

4. Kori Agung
 Ada kekhususan yang ada pada bangunan Kori Agung ini, yaitu antara Kori Utama (pintu tengah) dengan 2pintu samping menyatu menjadi sebuah Kori yang sangat besar, mungkin menjadi Kori terbesar diBali. Bentuk ini sangat sempurna menyerupai sebauh kayoan (Belabat) yang melambangkan sebuah gunung. Hampir setiap pengawak penuh dengan ukiran khas Bali Utara, sedangkan ragam hias yang ada pada setip sudut palih tidak melulu hanya berupa Simbar saja, melainkan juga Karang Tapel maupun Karang Boma. Bentuk mahkota dari Kori memakai bentuk Patra Punggel yang dipasang agak berdiri simetris dengan sebelahnya, sehingga terlihat sangat aristik dan bertaksu. Kemegahan Kori Agung ini dikuatkan oleh begitu hidupnya Karang Boma yang dipasang di tiap-tiap pintu dan ditempat lainnya. Disamping itu keunikan yang ada para Kori ini yaitu adanya Tapel Manusia Bertopi Gaya Eropa yang dipasang dibeberapa Pengawak Kori sebagai sebuah ornamen. Keunikan inilah yang sering dicari oleh wisatawan mancanegara bila berkunjung di Pura Beji, karena tidak akan ditemui di Pura-Pira lainnya diseluruh Jagat Bali. Sebagaimana umumnya maka pada kedua pintu samping ada 2 Pelinggih Pengapit Lawang yang diletakan didepan kedua pintu tersebut. 
5. Gedong Simpen
 Didalam Gedong Simpen ini disimpan alat-alat Inventaris Pura temasuk peralatan Gong posisinya mengambil tempat sisi kiri di belakang Bale Jajar samah. Bangunan ini merupakan bangunan tambahan karena adanya keperluan mendesak untuk menyimpan barang-barang inventaris yang sebelumnya disimpan dirumah kelian atau pemangku.
6. Piyasan
 Bale Piyasan berjumlah 2buah yang letaknya didepan Gedong Utama yang mengambill posisi sisi kiri dan sisi kanan. Struktur Bale Piyasan terdiri dari 6 Saka dengan 1 Bale sebagai tempat sarana upacara. Menurut Ketut Sulaba (80 tahun), Bale Piyasan sebelah utara merupakan Bale Piyasan Teruna Pesaren sebagai perwujudan kelompok Krama Desa dan Piyasan sebelah selatan adalah untuk anggota Subak.dengan tegas Beliau katakan bahwa dengan adanya Piyasan ini maka Pura Beji memang sebelumnya Pura Desa.
7. Bale Kulkul
  Bale kulkul ini berfungsi menyampaikan pesan kepada seluruh Krama Pengempon akan adanya suatu kegiatan di Pura ini. Bangunan ini merupakan bangunan tambahan yang di bangun belakangan, untuk memenuhi permintaan perlunya sebuah Bale Kulkul sesuai dengan kondisi perkembangan Zaman.

Anom & Bima

0 comments:

Post a Comment