Pages

Wednesday, November 12, 2014

Pura Tirta Sudhamala



A.Sejarah Pura

Pura Sudhamala merupakan salah satu pura yang cukup terkenal di Kabupaten Buleleng. Pura ini dikenal sebagai pura penglukatan dimana air/tirta yang didapat berasal dari pancoran Sudhamala. Tirta tersebut dipercaya memiliki banyak khasiat sebagai tirta pengobatan. Berikut sejarah singkat mengenai Pura Tirta Sudhamala dimana data yang kami peroleh berasal dari hasil wawancara kami dengan Kelian Banjar Banyuasri

Sekitar abad ke 18 terjadi ledakan air dahsyat yang tebing subak banyumala. Ledakan air tersebut menghasilkan kucuran air yang kemudian oleh warga Banyumala dipendak atau di sebarkan kepada seluruh warga dengan tujuan pembersihan dan pengelukatan. Air tersebut juga digunakan untuk pembersihan tukad banyumala. Zaman pemerintahan Ki Barak Panji Sakti di Buleleng, tukad banyumala berkedudukan sebagai benteng buleleng barat dan tukat banyuning sebagai benteng buleleng timur. 
Dahulu tukad bayumala itu sangat kotor atau cemer karena banyak sapi-sapi petani di desa banyumalayang mati karena meminum air tukad tersebut. Pada bulan Mei 2007, kucuran air tersebut kemudian dibuatkan pancoran yang kini diberi nama Pancoran Sudhamala. Pada tanggal 21 September 2007, pembangunan pancoran itu selsesai dan dilanjutkan dengan membangun pura sudhamala. Pembangunan pura ini mengembangkan konsep tri mandala yaitu mandala utama, mandala madya, dan mandala nista.  Bagian mandala utama yaitu tempat tukad banyumala dan pancoran sudhamala berada serta terdapat pelinggih suci bernama Dewa Ayu Manik Sudhamala. Bagian mandala madya yaitu tempat persembahyangan dan ngaturang banten oleh para pemedek, bale pesandekan, serta terdapat pelinggih suci yang bernama dewa taksu manic giri.  Bagian mandala nista yaitu tempat parker para pengunjung atau pemedek yang ditempatkan di areal luar pura.
Berdasarkan arti dari kamus, Sudhamala berarti pengobatan, sehingga pura tirta sudhamala berarti pura air pengobatan. Dalam konteks agama, sudhamala berarti pemarisudha, penglukatan dan peleburan. Fungsi dari tirta sudhamala  tersebut digunakan yaitu untuk mengobati orang yang terkena penyakit karena ilmu hitam, orang kurang waras, serta wanita atau ibu yang sedang hamil. Prosesi pembersihannya dinamakan melukat dimana yang dilukat adalah buana alit atau diri kita sendiri dan buana agung adalah lingkungan di sekitar kita dan tempat kita tinggal. Tujuan melukat adalah untuk menghilangkan aura-aura negative yang ada pada tubuh dan sekekliling diri manusia.
Salah satu terapi penglukatan di pura sudamala adalah semedi kumkum, yaitu dengan berendam selama satu hari satu malam di tukad banyumala. Terapi ini biasanya dilakukan oleh orang-orang tua atau dewasa yang bertujuan untuk membersihkan aura-aura negatif dari dalam tubuh. Semadi kum-kum ini sudah berada pada tingkat atau level atas, karena tidak sembarang orang bisa melakukan semadi ini. Hanya orang-orang yang bersungguh-sungguh serta memiliki daya tahan tubuh kuat yang dapat melaksanakan semadi ini.
Tirta sudamala selain dipakai untuk melukat juga dapat dipakai untuk minum dan sudah di uji kesuciannya oleh lintas agama. Berbagai corak agama sudah pernah mengunjungi pura tirta sudhamala dan membuktikan kekhasiatan tirta sudhamala.


B. Waktu Piodalan
Waktu piodalan pura tirta sudamala yaitu jatuh pada anggarkasih wuku prangbakat. Hari-hari yang sering di kunjungi oleh para pemedek yaitu pada saat banyu pinaruh, purnama , kajeng kliwon, dan siwaratri
Khusus saat kajeng kliwon banyak pemedek yang tangkil dan melaksanakan pemelukatan. Hal itu disebabkan karena pada kajeng kliwon merupakan hari baik untuk memusnakan pengaruh-pengaruh ilmu hitam seperti cetik.
Para pemedek yang tangkil ke pura tirta sudhamala bukan saja dari daerah kabupaten buleleng melainkan juga dari luar daerah kabupaten buleleng seperti Kabupaten klungkung, kabupaten badung, kabupaten jembrana dan lampung.

C. Pamong Pura
Pamong pura tirta sudhamala yaitu para pengempon desa adat yang terdiri atas kelian banjar banyuasri dan para pemangku yang bertugas di pura tersebut. 

D. Nama Mangku dan Tugasnya
Pura tirta sudhamala memiliki 5 pemangku yang bertugas untuk ngantebang banten serta melayani proses penglukatan para pemedek. Serta 2 pemangku jro gde yang bertugas sebagai pembersih pura. Kelima pemangku tersebut dipimpin oleh Jero mangku Sudhamala yang bernama Jero mangku Gede Fery Hariawan, SE. Keempat pemangku lainnya bernama Jero mangku Ketut widiana giri , jero mangku wayan cingak, jero mangku luh nadi, jero mangku juliawan. 


E. Nama – Nama Pelinggih
Pura tirta sudhamala hanya memiliki dua buah pelinggih yang terdapat di bagian mandala utama dan mandala madya. Di bagian mandala utama terdapat pelinggih bernama Dewa Ayu Manik Sudhamala yang terletak tepat di tebing di atas pancoran sudhamala. Pelinggih ini terletak di sebelah barat pura menghadap ke timur. Untuk hari-hari biasa, banten yang biasanya disajikan di pelinggih dewa ayu manik sudhamala adalah banten pejati dan canang sari. Namun untuk piodalan pura, banten yang dihaturkan yaitu banten pengambean tebasan prayasista dan pesegehan atuwunan.
Pelinggih yang kedua berada di bagian mandala nista atau di bagian dalam pura. Pelinggih ini bernama dewa taksu manik geni yang terletak di bagian barat pura menghadap ke timur. Untuk hari-hari biasa, banten yang disajikan sama seperti pada pelinggih dewa ayu manik sudhamala yaitu banten pejati dan canang sari. Khusus untuk piodalan, banten yang dihaturkan berupa banten tangkepan dan tipat gong

Pelinggih Dewa Ayu Manik Sudhamala


Pelinggih Dewa Taksu Manik Geni
           

Genah Pelukatan


Genah Persembahyangan dan Wantilan


a.Denah Pura

DENAH PURA TIRTA SUDHAMALA

ANGGUN & RYNA

0 comments:

Post a Comment