Pages

Sunday, November 9, 2014

PURA TAMAN SARI, SINGARAJA



A. Sejarah Pura Taman Sari
Pura Taman Sari sebelumnya bernama Pura Gerojogan dan asal usul mengenai nama tersebut adalah kemungkinan disebabkan adanya mata air yang terus menerus ngerojog disebelah mata air tersebut ada 2 pelinggih yaitu Gedong dan Penghayatan Ida Batara Bedugul dan jalan menuju mata air dan pelinggih tersebut jalannya menurun atau ngerogjogang sehingga hal inilah yang diperkirakan Pura tersebut disebut Pura Grojogan. Sedangkan asal-usul dari Pelinggih Gedong tersebut adalah sesuai dengan mitos, pada tahun 1801 tersebutlah sebuah perahu dari Tiongkok berlabuh disebelah timur Pelabuhan Buleleng yang maksudnya diperkirakan adalah untuk mencari dan mengambil air, mengingat pada lokasi tersebut ada pohon besar yang secara logika ilmu diperkirakan ada sumber mata air.
Dan kenyataannya ditempat tersebut memang ada mata air dengan debit airnya yang cukup besar. Dan pada saat para awak dan penumpang perahu tersebut turun untuk mengambil air, secara tiba-tiba perahu tersebut kandas dan tidak bias berlayar. Dengan kejadian yang tiba-tiba tesebut maka semua awak dan penumpang perahu menjadi panic yang pada akhirnya mengambil keputusan meminta bantuan kepada masyarakat yang ada di Desa Banyuning, namun bantuan tenaga tersebut tidak mampu untuk membuat perahu tersebut bisa berlayar kembali dan kejadian tersebut berlangsung sampai 3 hari. Dalam kepanikan dan kepayahan para awak tersebut akhirnya semua awak beristirahat dan tidur dibawah pohon besar yang ada di lokasi. Tanpa disadari dan dalam tertidur pulas para awak perahu, maka secara ajaib besok paginya kapal tersebut sudah ada ditengah laut. Hal ini adalah suatu kejadian yang aneh, sehingga dengan kejadian tersebut para awak perahu menjadi senang dan bersyukur dan dalam kondisi suka cita maka para awak perahu merasa ada kekuatan lain yang membuat perahu tersebut berlayar kembali. Oleh karena itu dengan rasa yakinnya dan percayanya terhadap kekuatan-kekuatan lain, maka para awak perahu sebelum melanjutkan perjalanan maka membuat sebuah Pelinggih Gedong yang bentuk fisik bangunannya berbentuk Stufa sebagai peringatan bahwa tempat tersebut mereka pernah terselamatkan dan dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Bangunan gedong yang berbentuk Stufa kemungkinan dikarenakan yang membangunnya tersebut orang Tiongkok yang beragama Budha. Seiring dengan perjalanan waktu menjelang tahun 1960 salah seorang pengurus Persatuan Seni Pecak Silat Bakti Negara yaitu I Nyoman Kuta (alm) pernah bersemedi di Pura tersebut selama 11 hari dan apa yang menjadi niat dalam pelaksanaan semedi tersebut terkabulkan. Dan sebagai rasa baktinya maka Pura Grojogan tersebut mulai dilakukan pemugaran dengan mempergunakan tenaga dari anggota Bakti Negara sebagai tenaga inti dan dibantu oleh tenaga-tenaga lain diluar kelompok tersebut. Pada saat itu pula dibentuk pemaksan Pura Grojogan yang anggota awalnya adalah anggota Bakti Negara Cabang Buleleng. Dan sampai sekarang setiap piodalan di Pura Seni Pencak Silat Bakti Negara selalu di Demonstrasikan. Pemugaran awal adalah ditatanya Telaga, Pwargan, sebuah bangunan serba guna yang terletak disebelah barat Pura, namun bangunan ini roboh diterjang ombak pada tahun 1963. Pada tahun 1968, pembangunan dilanjutkan dengan membuka jalan yang sebelumnya selebar 5m dan tanah tersebut adalah merupakan dana punia dari saudara Iskandar Said dari Surabaya seluas 11 are. Oleh karena itu pemedek semakin meningkat jumlahnya dan sesuai petunjuk bapak Hartawan Mataram selaku Bupati Kepala Daerah tingkat II Buleleng pada saat itu bahwa Pura Taman Sari agar :
a. Memperluas jalan menuju Pura dan siapkan lokasi untuk parker
b. Agar bias diterima sebagai Pura untuk umum agar dilengkapi dengan Padmasana
Berdasarkan petunjuk tersebut maka dalam waktu singkat perbaikan Pura dapat dilaksanakan dengan baik yang didukung oleh pemilik tanah serta dengan rela hati beberapa pemilik tanah menyerahkan tanahnya kepada Pura demi terwujudnya perluasan jalan dan sekaligus sebagai tempat parkir pada saat hari-hari raya dan piodalan setiap purnama kelima yang sering mengalami kemacetan disepanjang jalan menuju Pura Taman Sari. Sedangkan untuk pembangunan Padmasana baru bias terlaksana pada tahun 1976 atas bantuan dari saudara Purnomo Winoto dari Singaraja.
B. Letak Geografis Pura Taman Sari
Secara geografis, Pura Taman Sari merupakan wilayah hokum Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Letak Pura Taman Sari persis berhadapan dengan pantai kota Singaraja. Pura ini berada kurang lebih e Km sebelah utara dari pusat Pemerintahan Kabupaten Buleleng (Kantor Bupati Buleleng). Pura ini dibangun diatas tanah seluas 20 are dan berdiri ditengah – tengah pemukiman yang cukup padat dan diantara penduduknya beragama Islam. Adapun batas – batas wilayah Pura Taman Sari adalah sebagai berikut:
a) Sebelah Utara berbatasan dengan pantai
b) Sebelah Selatan berbatasan dengan rumah penduduk
c) Sebelah Barat berbatasan dengan rumah penduduk
d) Sebelah Timur berbatasan dengan rumah penduduk
Pura Taman Sari dibangun menghadap ke Utara dengan ketinggian 3m dari permukaan laut.
C. Pelinggih – pelinggih Pura Taman Sari

1. Padmasari
 Bangunan pelinggih Padma Sari ini terletak dibagian Barat dari pelinggih Dewi Danuh bagian Jeroan pada ketamanan dari Pura Taman Sari dan menghadap ke utara. Pelinggih ini dipergunakan untuk memuja Batara Lingsir yang diyakini berfungsi menerangi dan menyaksikan segala upacara yang dilaksanakan Pelinggih Padma Sari yang terbuat dari cetakan beton dengan ukuran tinggi 1 m dan pada bagian atas berbentuk terbuka sebagai tempat sesajen dan tanpa atap. Sedangkan disampingnya berdiri patung orang tua yang diwujudkan sebagai Yang Berstana di Pelinggih Padma Sari.

2. Padmasana
 bangunan Pelinggih Padmasana ini terletak disudut tenggara (Kaje Kangin) bagian Jeroan dari Pura Taman Sari dan menghadap utara. Pelinggih ini dipergunakan untuk memuja Batara Surya yang diyakini berfungsi menerangi dan menyaksikan segala upacara yang dilaksanakan Pelinggih Padmasana yang terbuat dari fosil laut yang berukuran tinggi 3m. pada bagian bawah terbentuk Karang Gajah dengan ukuran keliling 150cmx150cm. pada bagian tengah terbentuk Papalihan dengan ukiran Lelengisan dan pada bagian atas terbentuk sebagai tempat sesajen dan tanpa atap.

3. Gedong
  Bangunan Gedong ini merupakan Pelinggih sebagai Cikal Bakal Pura Taman Sari. Pelinggih ini dibuat dari batu bata dan di finishing dengan semen dan pasir. Bagian bawah berukuran 95cmx95cm, dilengkapi dengan 2 patung Macan. Banguan ini berbentuk Gedong. Adapun bentuk dari Pelinggih Gedong ini adalah seperti gambar diatas.


4. Gedong Penyimpenan
  Bangunan Gedong Simpen ini terletak pada bagian selatan dari Jeroan Pura Taman Sari. Bangunan ini terbuat dari batu bata yang sudah di plester dan dihiasi dengan ukiran dari pasir laut dan dipolesi dengan cat warna menyerupai batu bata dan batu padas, atap genteng, lantai keramik putih, dan hanya memiliki 1 pintu. Gedong ini berukuran tinggi tembok 3m dengan ukuran 3mx5m. gedong Simpen ini merupakan bangunan yang relative masih baru sehingga masih kelihatan bagus. Mengingat bangunan ini digunakan untuk menyimpan peralatan upacara, ada kemungkinan pengaruh air laut yang masuk sehingga dapat menimbulkan karat pada peralatan upacara yang dibuat dari logam. Bangunan Gedong Simpen ini dipergunakan sebagai tempat menyimpan peralatan upacara seperti : Tedung, Kober atau Umbul-umbul. Bentuk Gedong Simpen ini terlihat seperti gambar diatas.

5. Apit Lawang

Bangunan Suci ini adalah pelinggih Sedaha Kelabang Apit. Pada awalnya Pelinggih Apit Lawang ini tidak ada, namun setiap upacara persembahan untuk Sedaha Kelabang Apit dibuatkan tempat untuk menempatkan sesajen untuk Apit Lawang. Kemudian oleh para Pengempon Pura Taman Sari dibuatkan Pelinggih (Wawancara dengan Pemangku, Pengemong Pura Taman Sari). Bangunan suci ini berada di Jaba tengah dan di Jaba sisi tepat di Candi Bentar yang terbuat dari beton cetakan. Bangunan suci ini sekaligus sebagai lebuh yang berada Jaba tengah dan Jaba sisi dengan bagian atas tanpa atap. Adapun gambar Apit Lawang tersebut adalah seperti di atas.



6. Pelinggih Dewa Taksu Waringin Amerta dan Dewa Taksu Waringin Sari

  
Bangunan pelinggih ini terletak berdekatan dengan bangunan Dewa Taksu Pecalang Agung dan menghadap ke utara. Pelinggih ini dipergunakan untuk memuja Dewa Taksu Waringin Amerta dan Waringin Sari yang diyakini berfungsi memberikan Amerta kepada Pemedek. Pelinggih ini terbuat dari bahan beton dengan ukuran tinggi 1,5m. dengan ukuran keliling 90cmx90cm dengan bagian atas berbentuk atap.


7. Bale Kulkul
 Bale Kulkul merupakan bangunan suci yang ada di Pura biasanya digunakan sebagai alat untuk komunikasi secara simbolik oleh sekelompok masyarakat pengempon Taman Sari. Bale Kulkul ini tingginya 6m dan ukuran dasar bangunan 2x2m terbuat dari bahan bamboo dan didasari pondasi beton.

Anom & Bima

0 comments:

Post a Comment